Friday, October 2, 2015

Bipolar Disorder

Bipolar disorder atau Gangguan Bipolar adalah sebuah gangguan mood, berupa perubahan perasaan yang sangat ekstrim, yaitu depresi dan mania. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang nyata dan kadang terlihat seperti berlebihan.


Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang buruk. Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Seorang pengidap gangguan bipolar saat mengalami mania merasa sangat antusias dan bersemangat. Namun ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri. Sebelumnya, penyakit ini disebut dengan "manic-depressive". Jadi seseorang yang menderita gangguan bipolar selain mengalami suasana hati mania atau jika lebih ringan disebut hypomania juga mengalami episode depresi di waktu yang berbeda. Atau terkadang juga mengalami episode campuran di mana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode "normal", tetapi dalam beberapa kasus, depresi dan mania mungkin berganti dengan sangat cepat, yang dikenal sebagai “rapid-cycle”. Episode mania yang ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi. Episode mania biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomania mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik.

Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar I , bipolar II, dan cyclothymia berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat per episode mood-nya.

Penderita gangguan bipolar tidak banyak. Atau paling tidak yang sudah terdiagnosis belum begitu banyak. Tetapi beberapa penderita gangguan kejiwaan mengalami misdiagnosis, salah diagnosa akibat kerancuan gejala, dan biasanya terdiagnosis sebagai penderita skizofrenia. Gangguan bipolar dapat dialami oleh segala usia, biasanya terdeteksi sejak usia remaja. Resiko kematian terjadi lebih karena para penderita mengambil jalan pintas.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan bipolar dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif. Orang yang juga berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit bipolar.

Tanda dan gejala gangguan bipolar

Gangguan bipolar dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda. Gejala bervariasi dalam pola baik mania maupun depresi, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang lebih berat saat mengalami salah satu episode mania atau depresi, sementara yang lain sama levelnya antara kedua jenis episode. Beberapa penderita mengalami gangguan mood sering, sementara yang lain hanya mengalami sedikit selama seumur hidup.

Ada empat jenis mood episode dalam gangguan bipolar: mania, hypomania, depresi, dan episode campuran. Setiap jenis mood episode gangguan bipolar memiliki gejala yang unik.

a.Tanda dan gejala mania

Gejala-gejala dari tahap mania pada penderita gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
  1. Gembira berlebihan
  2. Mudah tersinggung sehingga mudah marah
  3. Merasa dirinya sangat penting
  4. Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
  5. Penuh ide dan semangat baru
  6. Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
  7. Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
  8. Nafsu seksual meningkat
  9. Menyusun rencana yang tidak masuk akal
  10. Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
  11. Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
  12. Menghamburkan uang
  13. Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
  14. Merasa sangat mengenal orang lain
  15. Mudah melempar kritik terhadap orang lain
  16. Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
  17. Sulit tidur
  18. Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam

b.Tanda dan gejala hypomania


Hypomania adalah bentuk mania yang lebih ringan. Orang-orang dalam keadaan hypomanic merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu meneruskan kehidupan mereka sehari-hari dan mereka tidak pernah kehilangan kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang dengan hypomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hypomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan reputasi. Selain itu, hypomania sering kali dapat "naik kelas" untuk mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi besar.

Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan mania.

Gejala-gejala dari tahap hipomania pada penderita gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas.
2. Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
3. Penurunan kebutuhan untuk tidur.


c. Tanda dan gejala depresi bipolar


Gejala-gejala dari tahap depresi pada penderita gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
  1. Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
  2. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
  3. Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
  4. Tidak mampu merasakan kegembiraan
  5. Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
  6. Sulit konsentrasi
  7. Merasa tak berguna dan putus asa
  8. Merasa bersalah dan berdosa
  9. Rendah diri dan kurang percaya diri
  10. Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
  11. Berpikir untuk bunuh diri
  12. Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
  13. Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
  14. Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
  15. Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
  16. Kehilangan gairah seksual
  17. Menghindari komunikasi dengan orang lain

Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.

d. Tanda dan gejala episode campuran

Sebuah episode campuran terjadi dari kedua fitur gejala mania atau hypomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi yang dikombinasikan dengan agitasi yaitu kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik seperti berjalan hilir mudik tanpa tujuan, meremas-remas tangan, iritabilitas yaitu perasaan mudah terganggu dan marah, kegelisahan, insomnia, distrakbilitas yaitu ketidakmampuan individu untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian. Konsentrasinya sangat mudah teralih oleh berbagai stimulus yang terjadi disekitarnya, dan pikiran yang berlompatan (flight of idea). Kombinasi suasana hati yang turun naik membuat penderita beresiko sangat tinggi untuk bunuh diri.

Dalam konteks gangguan bipolar, episode campuran adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalulalang di kepala, agresif, dan panik. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat anti depresan sering dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Keadaan campuran ini bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita gangguan bipolar. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi, dan halusinasi.

Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:
1. Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya. 
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian. 
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol. 
4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon. 

Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan meninggalkan penderita sendirian, dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang beresiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang disekelilingnya.

Faktor penyebab gangguan bipolar

  • Genetik

Gen bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap gangguan bipolar memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75% anak-anaknya beresiko mengidap gangguan bipolar.

Kembar identik dari seorang pengidap gangguan bipolar memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu episode gangguan mood.

  • Fisiologis

1. Sistem Neurochemistry dan gangguan mood

Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak.
Sebagai organ yang berfungsi mengantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya.
Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam pengantaran impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi. Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.

Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan keadaan emosi positif, karakteristik kepribadian yang ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.

2. Sistem Neuroendokrin

Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.

  • Lingkungan

Gangguan bipolar tidak muncul akibat penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang tertentu secara genetik cenderung untuk memiliki gangguan bipolar. Namun tidak semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit dari keluarganya menunjukkan bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan gangguan bipolar. Dalam penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres kortisol, serta faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan bipolar. Faktor-faktor eksternal dapat menjadi pemicu. Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang ada buruk. Meski begitu, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang jelas.

Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan. Selain itu, seorang penderita gangguan bipolar yang gejalanya mulai muncul saat masa remaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya gangguan bipolar.

Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan bipolar, antara lain:
  1. Stres pada suaru peristiwa kehidupan.  Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba, baik atau buruk, seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
  2. Penyalahgunaan zat. Meskipun penyalahgunaan zat tidak secara langsung menyebabkan gangguan bipolar, hal itu dapat mengantarkan seorang penderita pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
  3. Obat - obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu yang dijual bebas, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
  4. Perubahan musim. Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musim atau cuaca. Episode mania lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresi lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
  5. Kurang tidur  atau melewatkan beberapa jam waktu istirahat dapat memicu episode mania.


Self-help untuk gangguan bipolar

Hidup bersama dengan gangguan bipolar tidak selalu mudah bagi kehidupan penderitanya. Tetapi penderita gangguan bipolar dapat berhasil mengelola suasana perasaannya dengan membuat pilihan cerdas atas gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari.

Cara-cara untuk membantu diri sendiri bagi para penderita gangguan bipolar antara lain adalah:

1. Mencari pengetahuan tentang cara mengatasi gangguan bipolar.
Pelajari sebanyak mungkin tentang bipolar. Semakin banyak tahu, semakin membantu pemulihan diri sendiri.

2. Jauhkan stress.
Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan dan hidup sehat dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.

3. Mencari dukungan
Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat dimintai bantuan dan dorongan semangat. Bergabunglah dengan kelompok pendukung atau berbicara dengan teman yang dipercaya.

4. Buatlah pilihan yang sehat.
Cukup tidur, makan, dan berolahraga merupakan kebiasaan sehat yang dapat membantu menstabilkan suasana hati. Menjaga jadwal tidur yang teratur adalah sangat penting.

5. Monitor suasana hati.
Melacak gejala Anda dan perhatikan tanda-tanda bahwa suasana hati Anda berayun di luar kendali sehingga Anda dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.

*sumber dari beberapa buku psikologi dan kedokteran serta materi psikoedukasi yang diadakan oleh RSKO, Cibubur dan RS Dharmawangsa.

No comments:

Post a Comment